Thursday, 19 April 2012 16:36

KBR68H, Jakarta – Timor Lester, negara tetangga yang baru saja memilih Presiden, ternyata memiliki pengalaman yang hampir sama dengan Indonesia dalam hal hari kemerdekaan. Indonesia sempat memiliki dua versi Hari Kemerdekaan, yaitu 17 Agustus 1945 dan 27 Desember 1949. Versi kedua adalah tanggal yang diakui Belanda selama ini. Demikian juga dengan Timor Leste, yaitu 28 November 1975, lalu yang kedua 20 Mei 2002. Kemerdekaan Timor Leste versi 28 November 1975, sama dengan Kemerdekaan RI 17 Agustus 1945, yaitu sama-sama hasil inisiatif masing-masing bangsa. Sementara Proklamasi versi 20 Mei 2002, ada nuansa keterlibatan PBB, sehingga terkesan kurang heroik.

Hal itu terungkap dalam diskusi dan peluncuran buku Dua Kali Merdeka, karya Avelino M. Coelho. Avelino sendiri adalah Menteri Energi dalam Kabinet Xanana Gusmao, dan lulusan sebuah PTS di Jakarta.

Menurut Agus Tri Susanto, ketua panitia penyelanggara peluncuran buku, acara ini diadakan untuk menyambut pemilu presiden di Timor Leste, dan merayakan hubungan antara Indonesia dan Timor Leste.
“Pasalnya setelah berpisah dengan Indonesia, sangat minim berita datang dari Timor Leste, termasuk berita kemenangan Taur Matan Ruak dalam pemilu presiden, kalah jauh dengan pemberitaan perkawinan seorang aktris Indonesia dengan pengusaha asal Timor Leste,” tambah Agus, yang juga pengajar sebuah PTS di Yogyakarta.

Menurut pembahas buku Max Lane (Australia), sampai sekarang Belanda belum secara tegas mengakui versi yang mana soal Kemerdekaan Indonesia, sama dengan sikap Indonesia yang juga belum bersikap soal Kemerdekaan Timor Leste.

“Kalau di Timor Leste, dua-duanya dirayakan, namun biasanya yang 28 November lebih meriah,” tambah Agus.

Shares
Share This