Prodi Ilmu Komunikasi STPMD “APMD” mengadakan diskusi tentang platform prodi pada tanggal 7 maret 2020 dengan mengundang narasumber sebagai berikut: (1) Dr. JC Tukiman Taruna Sayoga, Ketua Dewan Penyantun UNIKA Soegijaparanata Semarang sekaligus dosen Pascasarjana UNDIP dan UNS dalam mata kuliah Community Development Planning,  (2) Nissa Cita A, S.Sos., Mcommun, dosen prodi Komunikasi FISIP Universitas Indonesia dan (3) Dr. Sutoro Eko Yunanto, M.Si, Ketua STPMD “APMD”.

Disikusi diselenggarakan di Ruang Sidang STPMD “APMD” dengan moderator ketua Prodi Komunikasi , Habib Muhsin, M.Si dan diikuti  peserta seluruh dosen prodi komunikasi dan segenap pimpinan STPMD “APMD”. Para nara sumber memberikan berbagi pandangan yang menarik dalam rangka memberikan masukan dan sekaligus penguatan platform prodi komunikasi selama ini yaitu  komunikasi pemberdayaan.  Menurut Dr. Tukiman mengungkapkan : “ mimpi prodi komunikasi pemberdayaan berarti kita akan dan harus bergelut setidaknya pada enam ranah  kajian berikut, yaitu : (1) apa, mengapa, dan bagaimana komunikasi mengembangkan matabat manusia, (2) apa, mengapa dan bagaimana komunikasi meningkatkan partisipasi masyarakat, (3) apa, mengapa dan bagaimana komunikasi mengembangkan keadilan dan berlaku adil, (4) apa, mengapa dan bagaimana komunikasi memberdayakan masyarakat secara berkesimanmbungan, (5) apa, mengapa dan bagaiman komunikasi dapat meningkatkan pemahaman dan rasa percaya diri, (6) apa, mengapa dan bagaimana komunikasi mendorong semakin kuatnya cita-cita menjadi tuan rumahnya sendiri”.  Diskusi berjalan sangat menarik dan santai disertai dengan kalimat-kalimat humor dengan menyinggung kelompok-kelompok yang tidak terbuka “open mind” dengan kalimat joke nya “ mandalium bandul anting-anting, diajak ora gelem ditinggal gulung koming”. Pada kesempatan yang sama Nissa Cita lebih menekankan pada peluang dan  tantangan prodi komunikasi pemberdayaan saat ini, yaitu : “ peluangnya adalah komitmen Indonesia untuk SDGs, program dana desa yang dikucurkn oleh pemerintah yang terus meningkat, peminat jurusan komunikasi secara umum meningkat 200 %, sementara tantangan yang dihadapi adalah komunikasi pemberdayaan kurang seksi, lapangan kerja dan alumni terbatas”. Menurut Nisa bukan berarti dengan platform komunikasi pemberdayaan menjadi tidak menarik, justru ini menjadi kekhasan sendiri di STPMD “APMD”.Nisa memberikan startegi yang bisa ditempuh agar prodi komuniaksi STPMD “APMD” menjadi leading sektor dengan menawarkan beberapa strategi yaitu : memahami “the big player” (pemerintah, NGO dan CSR-swasta), penguatan kurikulum, memastikan ketertarikan dengan lapangan kerja dan mengembangkan kemitraan dan publikasi. Sedangkan narasumber ketiga Dr Sutoro Eko mengemukakan dengan komunikasi emansipatoris, nusantara, lokal dan rakyat, Menurut Ketua STPMD “APMD” ini berpandangan bahwa komunikasi pemberdayaan hadir untuk alternatif atas komunikasi pembangunan yang mengubah masyarakat sebagai komunikan menjadi masyarakat sebagai komunikator, sesuai spirit komunikasi kritis, pos modernis dan pos kolonial. Dalam kesempatan tersebut Sotoro Eko menawarkan dengan komunikasi nusantara,  “ Komunikasi nusantara yaitu urat nadi komunikasi dan darah informasi tidak hanya terjadi di ruang-ruang modern dan global, tapi juga menyebar ke ruang kehidupan lokal di seluruh negeri dan desa di nusantara”. Dari hasil diskusi tersebut akan ditindaklanjuti dengan diskusi internal di tingkat prodi dlam rangka memantapkan platform prodi komunikasi STPMD “APMD”.

Shares
Share This